Mukhlis Hasyim… Rasanya saya tidak perlu mendeskripsikan kedua suku kata itu. Biarlah ia menyimpan rahasianya sendiri. Bagi ibu-bapakku, nama ini sudah cukup untuk memanggilku untuk berbagi kebahagian dan kasih sayang. Dan bagi sahabat-sahabatku, nama ini sudah cukup untuk mengingatku tuk melemparkan keramahanya padaku.
Pada hari kamis 31 Desember 1979, aku berteriak sekeras-kerasnya mengeluarkan tangisku untuk mengabarkan kepada semua orang bahwa aku telah ada di dunia bersama mereka. Aku juga ingin buktikan kepada mereka bahwa aku juga bisa hidup tuk berikan baktiku kepada sang pencipta.
Ibuku pernah bercerita tentangku. Aku dilahirkan dalam keadaan normal. Tetapi pertumbuhanku tersendat-sendat karena sering sakit-sakitan. Mungkin karena waktu aku di dalam kandungan, ibuku jarang membawa aku ke posyandu. Maklumlah pada saat itu masih Orde Baru yang terkenal KKN itu. Siapa tau aja, kader-kader posyandunya pada malas turun ke lapangan, yaah cukuplah membuat laporan palsu asal Boss senang.
Di usia bayi, kesehatanku selalu terganggu. Bahkan, ibuku sempat pesimis kalau aku bakal bertahan hidup dan kelak akan menimang cucu dariku. Akhirnya, spiritualis menyarankan agar ibu melakukan ritual adat . Aku di letakkan di tengah-tengah rumpun bambu lalu ditinggalkan beberapa saat hingga ada yang memungutku.
Aku dipungut oleh tetangga ibuku dan menjadikanku anak angkat. Untuk mendapatkanku kembali, ibuku harus memberikan tebusan. Dengan sejumlah uang dan beras, aku kembali ke pelukan ibuku dan dibesarkannya aku dengan penuh kasih sayang.
Segala sesuatu memang membutuhkan keyakinan. Pasca ritual, aku tumbuh dengan normal dan jauh dari penyakit seperti sebelumnya. Ku jalani masa-masa balita, hingga diusia tujuh tahun, aku harus memulai mengenal dunia pendidikan di SDN Kayulian. Sebuah SD terpencil dengan fasilitas apa adanya.
11 September 2007
Ritual Orang Sasak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)








0 komentar:
Posting Komentar