15 Desember 2007

Pulau Pedas, Pulau Perawan

Anda pernah berkunjung ke Pulau Pedas? Pulau ini bernama Pulau Lombok. Orang sering menyebutnya dengan pulau pedas karena istilah 'Lombok' diartikan 'cabe'. Di tengah modernisasi dan globalisasi, Lombok belum banyak berubah. Kalau didalami, Anda akan menemukan pulau yang masih perawan.

Banyak sektor yang belum diracni oleh globalisasi. Saya tidak menyinggung tentang bagaimana generasi mudanya, sebab semua orang pasti juga akan mengatakan bahwa modernisasi telah mampu menembus hingga wilayah pedalaman. Pun, tidak akan menyentuh wilayah politik yang semua orang pasti menyebutnya jahat.

Tetapi saya akan mencoba memaksa Anda untuk melirik keoerawanan Lombok dari sektor lain. Pariwisata adalah potensi terpendam yang banyak orang hanya mengetahui dari pengakuan pengakuan orang Sasak (Suku di Pulu Lombok) yang 'iri' dengan pariwisata bali. "Anda bisa melihat Bali dari Lombok, tetapi Anda belum tentu bisa melihat Lombok dari Bali," begitulah retorika sekaligus promosi yang kerap diutarakan kepada setiap orang yang bertanya tentang keindahan Lombok.

Saya tidak mau ikut-ikutan berkata demikian karena saya tidak mampu membuktikannya. Tetapi saya berani mengatakan bahwa pariwisata Lombok masih perawan. Pariwisata Lombok belum terjamah oleh belaian tangan pemerintah yang, padahal kata orang mampu mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Mungkin Lombok masih perawan karena tidak mau 'ditelanjangi' karena berada di bawah pengaruh budaya Sasak yang kental dan Ajaran Islam sebagai agama mayoritas. Wal hasil, pengelolaan pariwisata Lombok menjadi stagnan. Hal yang kontras ditunjukkan oleh pulau tetangga (Bali) yang dapat menjadikan pariwisata menjadi sumber utama PAD.

Hal yang paling kontras dalam eksplorasi pariwisata adalah melalui perda-perda bernuansa syari'at. Sebut saja, ada perda anti maksiat di Kota Mataram, ada perda larangan memproduksi, menjual dan meminum-minuman keras di Kabupaten Lombok timur. Ini memang dilematis, agama melarang, tetapi pariwisata terkadang menuntut adanya hal-hal demikian. Lebih-lebih ketika Lombok telah menjadi idola bagi wisatawan asing yang ternyata menganggap minuman keras baik untuk kesehatan.

Singkatnya, pariwisata pulau Lombok masih alamai. Tidakkah Anda tergoda? Datanglah ke pulau perawan. Hanya 5 jam dari Bali melalui jalur laut dengan kapal pery. Siapa tahu Anda bisa benar-benar dapat melihat Bali dari sana.*** (musim)