19 Desember 2007

Muhamin Jayadi

Pendiam, susah diatur dan berkemauan keras serta sedikit hedon adalah sebagian karakter yang tampak pada sosok Muhamin Jayadi. Adikku ini adalah putera terakhir dari tiga bersaudara yang lahir pada tanggal 20 Juni 1986. Pergaulannya di luar telah menciptakan karakternya sendiri. Kini, ia putus kuliah dan memilih menjadi TKI ke Korea. Tepatkah pilihannya?.

Ternyata, tidak baik terlalu mendoktrin orang lain untuk menuruti kemauan kita. Tidak semua yang kita anggap baik untuk dirinya dapat berujung baik pula. Ada perhitungan berbeda yang kadang-kadang muncul pada dirinya di kemudian hari. Walhasil, gagasan kita untuk orang tersebut menjadi onani dan berakhir pada penyesalan. Setidaknya, begitulah yang terjadi pada adikku yang selama ini saya coba bina.

Bayangkan saja, hampir semua jenjang sekolahnya mengikuti almamaterku. Dia menjadi siswa SD di tempat saya SD dulu. Begitupun Madrasah Tsanawiyah. Dia SLTA, dia juga memilih untuk sekolah di MAN 2 Mataram tempat saya SLTA juga. Mungkin ia ingin juga mengcopy apa yang ada pada diriku. Ia mungkin melihat saya sebagai saudara tuanya yang dinilainya dapat menempuh pendidikan tertinggi (S2) di lingkungan keluarga. Demikian juga dengan keinginannya menjadi aktifis seperti saya.

Hal ini ditunjukkan dengan keterlibatannya sebagai sekretaris OSIS di MAN 2 Mataram. Ia bahkan mengorganisir teman-temannya untuk membentuk Forum Kajian Siswa (FOKSIS). Organisasi siswa yang dibentuknya secara mandiri dengan bimbingan aktifis PMII Mataram ini membuatnya semakin kritis, tetapi malah semakin berani 'melawan' konsepku tentang masa depannya. Akankah itu sebuah keberhasilan pembinaan juga?

Saat lulus MAN, saya mencoba memberikannya kebebasan. Ia malah memilih menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mataram, berbeda denganku yang sebelumnya di IAIN Mataram. Pergaulannya yang tak terkontrol dan sedikit kebebsan untuk menentukan pilihan, mau jadi apa dirinya kelak, ternyata berakibat buruk. Ia memutuskan untuk berhenti kuliah dan malah memilih menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Korea. "Saya mau cari modal usaha dulu. Baru setelah balik dari Korea, baru saya kuliah lagi," katanya.

Sebuah perhitungan yang tepat, bagi dirinya. Ia mungkin prustasi karena ternyata, ia belum mampu menemukan keinginannya di FH Unram. Ditambah lagi ketka dirinya gagal dalam tes Calon Tamtama di Polda NTB.

Selamat berjuang adikku... Mungkin pilihanmu lebih tepat. Semoga bisa kembali dan memenuhi janjimu untuk kuliah lagi. Semoga berhasil di negeri rantau.***