07 Desember 2007

Pergantian Mendagri, SBY Pilih Siapa?

Meski Menteri Dalam Negeri (Mendagri) akan diganti, namun tetap akan kembali kepada orang-orang di sekitar Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Beberapa nama yang muncul sebagian besar adalah orang dekat sang Presiden. Siapakah yang akan dipilih?

Sesungguhnya berat bagi Presiden SBY untuk mengganti Muhammad Ma’ruf sebagai Mendagri, tetapi apa hendak dikata, mantan tim sukses SBY itu, tak kunjung sembuh dari penyakitnya. Selain loyal terhadap Presiden SBY, Muhammad Ma’ruf telah berjasa menghantarkan SBY menjadi orang nomor 1 di negeri ini.

Desakan untuk mengganti menterinya yang sakit, membuat Presiden SBY memutar otak untuk mencari pengganti yang kira-kira loyal dan sejalan dengan maneuver politiknya. Dalam perkembangannya, telah muncul beberapa nama yang siap menjadi menteri di departemen yang strategis itu. Mereka adalah Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto, Sekjen Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Siti Nurbaya, Ketua Komisi II DPR RI, EE Mangindaan dan Sekjen Dewan Ketahanan Nasional (Wantanas) Mohammad Yasin.

Menurut Anggota Komisi II DPR RI, Agus Condro Prayitno, calon pengganti Ma’ruf telah mengkrucut menjadi dua nama yaitu Sudi Silalahi dan Mohammad Yasin. Tetapi pihaknya menolak berkomentar tentang siapa yang lebih berpeluang. Pihaknya mengaku tidak mau ikut campur urusan Presiden. “Masalah pergantian menteri, Parlemen tidak mau ikut campur. Itu adalah hak prerogatif Presiden. DPR hanya berhak memberikan masukan, kalau diterima silahkan, dan kalau tidak juga ga apa-apa,” katanya saat dikonfirmasi OPINI Indonesia.

Anggota Fraksi PDI Perjuangan ini menegaskan, Presiden lebih mengetahui soal kemampuan dan loyalitas diantara para calon pengganti. PDIP tidak berkepentingan terhadap siapa saja yang mau di angkat SBY. Hanya saja, PDIP perlu menekankan bahwa Ma’ruf harus secepatnya diganti. “PDIP tidak berkepentingan terkait siapa yang akan menjadi menteri. PDIP hanya berkepentingan untuk membela kepentingan rakyat. PDIP tetap akan menjadi oposan untuk mengontrol kinerja Presiden dan kabinetnya. Presiden baru akan bersuara lantang dan akan menjadi depan kalau kebijakan Presiden itu merugikan rakyat,” tegas anggota DPR yang sedang menjalani reses ini.

Meski nama-nama yang telah dikantongi adalah orang yang tidak jauh dari dirinya, tapi untuk menghindari dampaknya yang cukup berat. Pasalnya, banyak orang-orangnya yang akan kecewa kalau tidak memilih salah satu di antaranya. Kecenderngan, Presiden akan mencari jalan aman dengan memindahkan Sudi Silalahi dari Menteri Sekretaris Kabinet ke Menteri Dalam Negeri. Sementara posisi menteri yang ditinggalkan Sudi Silalahi akan diisi oleh Mohammad Yasin.

Perkiraan Peta Kandidat Mendagri Pengganti Muhammad Ma’ruf:

•Letjen TNI (Pur) Sutiyoso - Gubernur DKI Jakarta ini akan habis masa jabatannya. Ia dinilai memiliki pengalaman dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah sekelas ibukota negara. Apalagi selaku Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), Sutiyoso memiliki hubungan dekat dengan para Gubernur di Indonesia. Selain itu, Sutiyoso ingin menggolkan konsep Megapolitan yang gagal diakomodir dalam UU 34 tentang Provinsi DKI Jakarta. Sutiyoso dikenal sosok yang tegas, dan berani mengambil resiko untuk membuat keputusan.
Namun dikabarkan, salah satu penasihat SBY telah mengingatkan kepada SBY agar tidak memilih orang yang punya kepentingan pada Pilpres 2009. Sebab, nama Sutiyoso telah ramai digadang sejumlah pihak menjadi capres atau cawapres. Jika memilih Sutiyoso, SBY disebut tak ubahnya "memelihara anak macan".

•Dr. Ir. Siti Nurbaya- Potensi yang dimiliki wanita berdarah Betawi ini cukup diakui berbagai pihak. Saat era pemerintahan Megawati Soekarnoputri, Siti Nurbaya dipercaya menempati posisi orang kedua di Depdagri mendampingi Hari Sabarno ketika itu. Kualitas dan profesionalitasnya membuat Hari Sabarno lebih mudah menjalankan tugasnya sebagai Mendagri. Begitu era berpindah ke SBY, Siti Nurbaya terpental yang akhirnya hijrah ke Senayan menempati posisi sebagai Sekjen Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

•EE Mangindaan - Mantan Gubernur Sulawesi Utara yang kini menjadi Ketua Komisi II DPR RI ini mempunyai andil besar terhadap kemenangan SBY pada Pilpres 2004. Ia memperoleh dukungan Partai Demokrat. Sebab dipilihnya Mangindaan merupakan bentuk apresiasi SBY terhadap partai yang yang menjadi pengusung utama pencalonan dirinya pada pilpres 2004 lalu.
Jika tidak memilih Mangindaan, diperkirakan para pendukung Mangindaan akan kembali kecewa, meski Mangindaan sendiri sepertinya tak terlalu berambisi untuk dipilih. Tetapi para pendukungnya di Sulawesi Utara bisa tambah gondok jika tokoh mereka tak diberi ruang. Di sisi lain Partai Demokrat juga akan kecewa karena merasa tak mendapat jatah tambahan di cabinet.

•Mohammad Yasin - Jenderal bintang dua ini pernah satu almamater dengan SBY di Akmil tahun 1973. Kini ia sebagai Sekjen Dewan Ketahanan Nasional. M Yasin juga pernah menjadi anggota Tim Kampanye SBY. Dia adalah penggagas Barisan Indonesia (Barindo) yang berhasil menggaet Akbar Tandjung. Hal ini dianggap penting secara simbolik dalam kontestasi terselubung antara SBY dengan Kalla dan faksi tertentu di Partai Golkar. Yasin juga orang dekat SBY yang belum memperoleh "apresiasi" dari SBY.
Nama Mohammad juga sempat disebut dalam reshuffle KIB jilid II, jika kali ini pun terpental, tentu saja, Yasin bukan tak mungkin bakal menyeberang. Mohammad diusung oleh sejumlah jenderal yang dulunya pernah menjadi pendukung inti SBY. Jika mengesampingkan Yasin sama artinya SBY memangkas kekuatannya sendiri.

•Mayjen TNI (Pur) Mardiyanto - Sebagai Gubernur Jawa Tengah, Mardiyanto memiliki pengalaman. Namun kabaranya, ketika nama Mardiyanto disodorkan, sejumlah orang dekat SBY menyergah, apa mungkin Pak SBY mau menarik Pak Mardiyanto yang dikenal dekat dengan kalangan PDIP yang oposan itu.

•Sudi Silalahi - Menteri Sekretaris Kabinet ini bisa jadi menjadi kuda hitam. Skenario baru bisa saja dimainkan untuk memindahkan Sudi Silalahi dari Menseskab menjadi Mendagri dengan harapan, figure lain seperi Mohammad bisa menempati Menseskab. (musim)

(OPINI Indonesia/Edisi 63)