10 Mei 2008

Pemilu Paraguay;

Lahirnya Kembali Pemimpin ’Kiri’ di Amerika Latin

Terpilihnya Fernando Lugo sebagai Presiden Paraguay menambah kembali lahirnya pemimpin beraliran kiri di Amerika Latin. Penganut aliran teologi pembebasan ini adalah pastor yang dibekukan oleh Vatikan lantaran terlibat dalam politik praktis.

Pemilihan presiden Paraguay (22/4/2008) menghantarkan Fernando Lugo menuju kursi kepresidenan. Kemenangan lajang berusia 56 tahun ini menambah sederetan tokoh kiri yang memimpin negara di Amerika Latin seperti di Argentina, Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, Uruguay, Chili, Bolivia Evo Morales dan Venezuela Hugo Chavez.

Kemenangan Lugo sekaligus menandai berakhirnya rezim Partai Colorado yang telah berkuasa selam 61 tahun. Rupanya Lugo tidak menemui persaingan berarti karena presiden yang sedang menjabat (incumbent) tidak ikut dalam pencalonan. Aturannya, seorang presiden hanya bisa menjabat selama satu periode atau 5 tahun. Akibatnya, presiden sebelumnya, Nicanor Duarte tidak bisa mencalonkan diri lagi sekalgus memuluskan perjalan Lugo menjadi orang nomor 1 di Paraguay.

Dalam pemilu bersejarah itu, Lugo mampu melumpuhkan kekuatan partai politik yang telah berkuasa sejak 1947 itu. Perolehan suara yang mencapai 41 persen cukup signifikan guna menaklukkan pesaing utamanya, Blaca Ovelar yang didukung Partai Colorado. Ovelar, sang calon presiden wanita itu, harus puas dengan 31 persen suara. Kandidat lain, Lino Oviedo (64) hanya mendapat 22 persen suara. Oviedo adalah pensiunan kepala angkatan bersenjata yang membantu kudeta militer yang baru berakhir 35 tahun setelahnya di bawah Alfredo Stroessner (1954-1989).

Dalam pidato kemenangannya, Lugo menunjukkan perasaan puas. Ia menyebutnya sebagai kemenangan ’orang kecil’. “Kamu semua bertanggung jawab atas kebahagiaan mayoritas rakyat Paraguay hari ini,” kata Lugo di depan para pendukungnya dari Aliansi Patriotik untuk Perubahan.

Tokoh Progresif


Mantan Fernando Lugo hanyalah seorang progresif yang kerap menentang dominasi elit politik. Kebijakan penguasa yang kerap tidak berpihak kepada rakyat, juga budaya korupsi sepanjang sejarah membuat Lugo merasa terpanggil melakukan perubahan di negerinya. Mungkin karena ia merasakan sendiri kehidupan bersama masyarakat miskin, sebab ia menjalani hidup sebagai uskup San Pedro, sebuah kawasan termiskin di Paraguay. Pengakuan Lugo tetang dirinya itu sekaligus membantah tuduhan marxis terhadap dirinya.

Lugo masuk seminari di usia 18 tahun, 7 tahun berikutnya Lugo diangkat menjadi pastor dan akhirnya menjadi uskup San Pedro sekitar tahun 1995. Namun, pada tahun 2006, Lugo memilih berjuang bersama rakyat. Mereka melakukan penentangan terhadap presiden Nicanor Duarte dengan berdemonstrasi bersama 40 ribu pengikutnya.

Lugo kemudian terkenal sebagai ‘pastor merah’ atau ‘pastor si miskin’. Sebuah sebutan membahagiakan bagi pastor penganut Teologi Pembebasan, yang melihat Yesus Kristus sebagai pembebas kaum tertindas itu. Namun otoritas gereja menilainya sebagai ‘belati penusuk tubuh gereja’. Selain itu, hukum Gereja dan hukum formal Paraguay juga melarang seorang klerus untuk ikut politik praktis. Hal itulah yang kemudian menyulut Vatikan mencabut keuskupannya.

Keterlibatan pastor Fernando Lugo dalam kancah politik diniali banyak dipengarugi oleh Teologi Pembebasan yang diilhami oleh pandangan Marxis. Teologi Pembebasan diperkenalkan oleh pastor Juan Luis Segundo (1926-1996) asal Uruguay. Paham itu dikembangkan bersama sesama pastor Jesuit Salvador, Ignacio Ellacuria dan pastor Peru, Gustavo Gutierrez. Mereka yang mengenal sejarah kekristenan justru berpendapat sebaliknya, bahwa Marxisme yang mendapat inspirasinya dari ajaran Kristen yang selalu memihak rakyat yang miskin dan terpinggirkan. Yesus justru turun ke dunia untuk membebaskan manusia dari kekuasaan dosa dan Iblis. Termasuk di dalamnya dibebaskan dari segala bentuk penderitaan yang diakibatkan oleh kaki tangannya di dunia ini; berupa kemiskinan, kebodohan, dan keterhinaan derajatnya sebagai manusia.

Meski mengaku bukan orang ‘kiri’ atau ‘kanan’ tapi itulah yang meak dalam diri Fernando Lugo. Ia mengaku hanya seorang yang progresif. Tetapi itulah yang menjadi potensi dirinya menjadi pemimpin. Lugo lalu didorong oleh kelompk oposisi untuk maju menjadi calon presiden Paraguay. Ia didukung oleh 20 kelompok politik minoritas yang tergabung dalam Aliansi Patriotik untuk Perubahan sekaligus menghantarkannya menjadi presiden. Kabarnya, Lugo akan dilantik menjadi presiden pada 15 Agustus 2008 mendatang. (MH)

(OPINI INDONESIA/Edisi 98/Internasional)