05 Juni 2008

Libanon Dipimpin Presiden Baru

Libanon akhirnya mengakhiri kebuntuan politik menyusul terpiihnya kembali presiden yang baru. Parlemen Libanon telah memilih Panglima Angkatan Bersenjata, Jenderal Michel Suleiman, sebagai presiden menggantikan Presiden Emile Lahoud.

Sebagaimana dilaporkan TV Libanon, Jenderal Michel Suleiman meraup 118 suara dari 127 total suara di parlemen. Semua pihak nampaknya setuju dengan Jenderal Suleiman sebagai bagian dari kesepakatan politik yang dicapai Rabu 21 Mei lalu. Hal ini untuk menghentikan gelombang kekerasan terburuk sejak perang saudara, yang berakhir tahun 1990.

Pemungutan suara di parlemen disaksikan oleh 200 tamu internasional, antara lain Emir Qatar, delegasi Kongres Amerika Serikat, menteri luar negeri Iran, Suriah, dan Arab Saudi. Kehadiran mereka di parlemen Libanon tampaknya sebagai penegasan dukungan atas kesepakatan politik yang mengakhiri kebuntuan dan ketegangan selama ini.

Dengan terpilihnya Jenderal Suleiman tidak langsung berarti militer telah mengambil kekuasaan, namun sebagai sebuah keputusan atas tokoh yang berada di atas kepentingan semua golongan.

Sebagaimana diketahui, kursi presiden Lebanon sejak bulan November lalu, kosong. Libanon terjerumus ke dalam krisis politik pada Tahun 2006 ketika kelompok oposisi pimpinan Hizbullah, yang didukung Suriah, keluar dari pemerintahan koalisi karena menuntut kekuasaan yang lebih besar.

Krisis politik itu berkembang menjadi kekerasan dengan maraknya bentrokan antara milisi dari pihak-pihak yang bertikai. Bentrokan dipicu oleh upaya pemerintah untuk memutuskan jaringan telekomunikasi sebagai jaringan gelap dan dipecatnya Kepala Keamanan bandara internasional Beirut, yang punya hubungan dekat dengan kelompok oposisi.

Kesepakatan antara pemerintah, yang didukung Dunia Barat, dengan kelompok oposisi dicapai lewat perundingan yang berlangsung di Qatar. Berdasarkan kesepakatan itu, maka kelompok opisisi memilik hak veto dalam kabinet persatuan nasional. (bbc)

(OPINI Indonesia/Edisi 102/Internasional)