"Berjalan seorang pria muda dengan kain lusuh di pundaknya. Engkau sarjana muda lelah mencari kerja, sia-sia semuanya..." Demikian penggalan kalimat dalam lirik lagu karya Iwan Fals. Lirik-liriknya begitu terngiang di telingkau saat sang rektor, Drs. H. Lukman Al Hakim, MM mulai memegang tali togaku tuk dipindahkan. Begitulah ritual yang menandai bahwa aku telah menjadi sarjana.
Seketika aku terhentak. Aku seolah kaget dengan dunia baruku, dunia sarjana. Dulu, mungkin aku tak pernah terfikir bahwa suatu saat akan dihadapkan pada sebuah kebingungan, "aku harus ke mana sekarang"?. Aku tidak mungkin balik ke orang tuaku tanpa membawa harapan-harapannya.
Dulu, tidak ada yang sulit bagiku. Segala kebutuhanku selalu terpenuhi, asalkan untuk kepentingan pendidikanku. Suatu ketika, aku mencoba membagi beban ekonomi orang tuaku, namun seketika Bapakku marah. "Kamu hanya bertugas belajar, urusan biaya, aku yang pikirkan," katanya tegas mengambarkan tanggung jawabnya.
Kini, aku sudah berbeda. Tidak mungkin Bapakku mengulangi kata-katanya. Sebab, sekarang, semuanya adalah tanggung jawabku. Aku harus bisa hidup, bisa mencari pekerjaan yang akhirnya harus bisa membawa pulang busana kesuksesan ke pangkuannya.
Itulah yang berat saat itu. Sebuah toga wisuda yang berada di pundakku. Sebuah gelar SHI yang akan selalu nempel di akhir namaku. Ya, Mukhlis Hasyim, SHI.***
16 September 2007
Ku Pikul Toga di Pundakku
Label: Kumpulan Kisah Nyata
Langganan:
Posting Komentar (Atom)








0 komentar:
Posting Komentar