Pergantian Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dinilai mendesak. Telah ada beberapa nama muncul sebagai calon penganti. Kenyataannya, keputusan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkesan lamban. Sementara tugas-tugas kementerian menjadi terbengkalai.
Lambanya proses pergantian Mendagri membuat pekerjaan departemen yang dipimpin Muhammad Ma’ruf yang kini masih terbaring sakit itu dinilai terbengkalai. Paket Rancangan Undang-Undang (RUU) Bidang Politik belum juga diselesaikan. Dan masih banyak lagi tugas-tugas penting lainnya, mengingat kondisi politik dalam negeri kian genting. Sebut saja berbagai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan dilaksanakan sementara belum ada Undang-Undang (UU) yang mengatur. Sebab, pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang calon independen, maka setiap Pilkada dinilai tidak memiliki paying hokum sehingga hasilnya akan cacat hukum. Untuk itu, harus segera dilakukan revisi.
Sementara ini, jabatan Mendagri masih ad interim yang dipegang oleh Menko Polhukam Widodo AS. Bagaimana mungkin pekerjaan rangkap dapat menyelesaikan tugas dua departemen secara maksimal. Untuk itu, berbagai pihak telah mendesak agar Mendagri yang baru segera diputuskan dan dilantik.
Kabarnya, pengumuman menteri baru itu dilaksanakan Rabu (16/7). Ternyata hinga hari yang ditentukan, belum juga muncul nama yang ditunggu-tunggu. Anggota Fraksi Partai Amanat Nasioanl (FPAN), Hakam Naja, menegaskan agar Presiden SBY tidak terlalu lama mempertimbangkan calon menterinya. Saat ini, Presiden telah mengantongi banyak nama. “Menimbangnya jangan terlalu lama, kalau memang dari nama-nama yang telah ada belum ada yang cocok, ya cari lagi nama lain,” katanya saat dikonfirmasi OPINI Indonesia.
Dikatakan Naja, Presiden SBY dapat saja menimbang-nimbang potensi di antara calon-calon untuk mendapatkan lebih mampu. Di sisi lain, boleh saja Presiden mempertimbangkan kepentingan politiknya di kabinet untuk mengamankan pemerintahannya maupun kepentingan pada Pemilu 2009. Tetapi perlu diingat bahwa membiarkan proses pergantian berlarut-larut berarti membiarkan pekerjaannya terbengkalai.
Apakah PAN berminat mengisi jabatan Mendagri? Menurut Naja, PAN tidak berambisi untuk mendudukinya. PAN lebih menyerahkan kepada mereka yang lebih kompeten di bidang tersebut, sebab Mendagri memiliki tugas yang berat. “Nama-nama seperti Mardiyanto, Sutiyoso dan Mohammad Yasin cukup berpengalaman untuk itu. Mereka adalah para gubernur dan pejabat publik yang memiliki jam terbang yang tinggi. Mohammad Yasin juga tidak kalah berpengalaman,” cetusnya.
Diketahui, ketiga nama ini adalah calon-calon terkuat. Tinggal keputusannya ada di tangan Presiden. Siapa di antara mereka yang lebih mampu dan lebih loyal kepada sang Presiden. Setidaknya, nama Mardiyanto dan Mohammad Yasin masih tetap menjadi prioritas sebagai loyalis SBY. M Mohammad Yasin mendapat dukungan penuh dari para alumni Akmil tahun 1973. Para jenderal yang mengusung Mohamad Yasin adalah satu angkatan dengan SBY. Mereka siap mengawal pemerintahan SBY melalui tangan Mohammad Yasin. (musim)
(OPINI Indonesia/Edisi 64/20-27 Agustus 207)
07 Desember 2007
Lama Menimbang, Pekerjaan Depdagri Terbengkalai
Label: Berita dari Opini Indonesia