09 Mei 2008

Kekuatan Politik Badawi Kian Terpuruk

Hasil pemilihan umum (Pemilu) Malaysia bulan Maret lalu adalah catatan buruk bagi Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi. Peroleh suara yang tidak mencapai dua per tiga itu menunjukkan bahwa Badawi kurang mampu memimpin UMNO. Bargen politiknya tidak mampu melampaui popularitas Mahatir Muhammad sebagai Perdana Menteri Malaysia sebelumnya.

Meski partainya menang dalam pemilihan umum (Pemilu) Malaysia bulan Maret lalu, namun popularitas perdana menteri Malaysia, Abdullah Ahmad Badawi benar-benar merosot. Hal ini ditanda dengan gagalnya Koalisi Barisan Nasional yang dikomandoi United Malays National Organisation (UMNO) mendapatkan dua pertiga kursi parlemen. Organisasi Bangsa Melayu Bersatu pimpinan Badawi ini hanya mampu menghantarkan Koalisi Barisan Nasional menguasasi 140 dari 222 kursi di parlemen. Sisanya, milik oposisi yang dipimpin mantan wakil perdana menteri, Anwar Ibrahim.

Menurunya perolehan suara parlemen Barisan Nasional menurun disebabkan oleh asumsi dari lemahnya kepemimpinan Badawi. kepemimpinan Mahatir jauh lebih baik dari pada Badawi. Penyebab lain adalah skandal politik dan moral yang terus diobral oleh pihak oposisi.

Kondisi seperti itu tentunya menguntungkan kalangan oposisi. Pemimpin kubu oposisi, Anwar Ibrahim yang juga mantan Wakil Perdana Menteri itu justeru bertambah populer. Sebaliknya, Badawi tidak terlalu leluasa lagi mengendalikan pemerintahan. Dengan menguasai kurang dari dua pertiga kursi parlemen, Badawi akan sulit dalam menggolkan sebuah undang-undang. Kekuatan oposisi yang meraih 83 kursi dapat menghalangi laju pemerintahannya setiap saat.

Akibatnya, banyak pihak menuntut dirinya mundur dari kursi perdana menteri, termasuk oleh mantan presiden Mahatir Muhammad. Badawi adalah perdana menteri penerus dari Mahatir Muhammad yang sebelumnya berkuasa selama 22 tahun. Pengaruh Mahatir pun akan menjalar ke internal UMNO, sehingga kekuatan penentang Badawi pun kian kuat.

Indikasi yang muncul ketika Mahatir begitu bersemangat mensuport pencalonan mantan menteri keuangan Razaleig Hamzah. Ia sengaja diturunkan dalam pertarungan memperebutkan menjadi orang nomor 1 di UMNO oleh Mahatir sebagai pesaing utama bagi Badawi.

Sejak jauh sebelumnya Mahatir kerap mengkritik kepemimpinan Badawi. Dalam satu forum di Kelab Century Paradise, Taman Melawati pada April 2006 lalu, Mahatir banyak memunculkan isu terkait kepemimpinan Badawi. Isu paling besar adalah penggadaaian negara Malaysia kepada Singapura yang berujung pada isu kegagalan kepimpinan Abdullah Badawi.

Secara terbuka, Mahathir mendesak Badawi mundur dan menyerahkan kepimpinan negara dan partai kepada Dato' Seri Mohd Najib Tun Razak. Kerana bagi Mahathir, apa yang dilakukan Badawi dan orang-orangnya di Tingkat 4 JPM dan NST, bukan saja 'menjual' negara kepada Singapura, tetapi memperlemah legitimasi terhadap UMNO.

Saat itu, Mahathir malah disebut-sebut sebagai pengacau. Mahathir ketika itu sudah dianggap 'tinggal sejarah’. Petinggi UMNO diminta tidak terlalu banyak bersuara dan menganggu Badawi dan UMNO. Di situlah perseteruan Badawi dan Mahatir kian meningkat.

Kritikan Mahatir kini terbukti, politisi berusia 82 tahun itu malah mendapatkan banyak dukungan. Para petinggi UMNO banyak memahami kritikan Mahathir. Tapi sayang, mereka baru menyadarinya setelah merosotnya suara Barisan Nasional dalam Pemilu, Maret lalu.

Terbendung di UMNO

Popularitas Badawi yang tidak bisa membuat UMNO memiliki posisi yang kuat di Parlemen cukup mengancam perdana menteri ini tersandung di pemilihan presiden UMNO, Desember mendatang. Meskipun pihaknya berkeinginan mempertahankan jabatannya sebagai presiden UMNO, namun ia diprediksi akan menghadapi lawan berat.

Saat ini, kian banyak pihak yang menentang kepemimpinannya. Hal ini pun beredar dalam UMNO hingga ke beberapa wilayah seperti Perlis, Johor, hingga sabah. Badawi telah kehilangan kepercayaan bahkan secara terbuka banyak petinggi UMNO yang menolak kepemimpinan Badawi.

Kekuatan badawi benar-benar terancam. Tidak hanya dirinya yang bakal dihadang sebagai presiden UMNO. Ketua Pergerakan Pemuda, Khairy yang juga menantu Badawi itu pun tidak mendapatkan dukungan yang kuat. Khairy dinilai sudah tidak lagi memiliki masa depan politik. kelihatan, pencekalan Kahiry juga bagian dari upaya melumpuhkan kekuatan Badawi.

Jika UMNO inginka perubahan, maka setidaknya UMNO tidak hanya mempigurkan Badawi termasuk Khairy. Artinya, harus ada ruang terbuka bagi kompetitor lainnya pada pemilihan presiden UMNO Desember mendatang. Lalu muncullah nama Razaleig Hamzah.

Masalah besar yang dihadapi UMNO sebenarnya tidak hanya semata-mata karena faktor pergantian kepimpinan. Meskipun UMNO masih tetap berkuasa, namun kelihatan bahwa kekuasaan politik UMNO yang terawat selama lebih dari 50 tahun semakin menurun.

Di pihak lain, meskipun banyak desakan agar pihaknya mundur, namun Badawi tetap bersikeras mempertahankan jabatannya. Ia memulihkan kekuatan UMNO sebelum menyerahkannya kepada orang lain.

Namun bagi massa UMNO, idak ada pilihan lain, jika UMNO ingin bangkit, maka Badawi harus mundur. Bagi mereka, jika Badawi tidak mau mundur, maka tidak ada jalan lain kecuali Abdullah harus dijatuhkan. (MH)

(OPINI INDONESIA/Edisi 97/Internasional)