20 Mei 2008

Mahasiswa Juga Menentang Rencana Kenaikan BBM

Rasionalisasi rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah tak mempan di mata masyarakat dan mahasiswa. Apapun alsannya, kenaikan BBM tetap saja berdampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok yang pada akhirnya meningkatkan angka kemiskinan. Baru ada rencana kenaikan BBM saja, harga kebutuhan pokok langsung merangkak naik.

Itulah alasannya, elemen masyarakat dan mahasiswa mendatangi istana untuk menentang kebijakan pemerintahan SBY-JK yang tak populis itu. Menurutnya, SBY-JK hanya memilih opsi yang paling mudah dalam menyelamatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Secara bertahap, massa pengunjuk rasa berdatangan memadati jalan Medan Merdeka Utara (12/5). Massa pertama dari elemen masyarakat dengan mengendarai sekitar 50 becak yang terdiri dari Urban Poor Consortium (UPC), Jaringan Rakyat Miskin Kota Jabodetabek, dan Serikat Becak Jakarta. Mereka berorasi secara bergantian sejak pukul 09.00 WIB.

Disusul kemudian secara berturut-turut oleh ratusan massa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia (BEM UGM, UNDIP, UNILA, BSI) dan KAMMI. Gelombang massa semakin besar ketika Front Rakyat Menggugat yang terdiri dari PMII, HMI, LMND dan Repdem Jakarta yang melakukan long march dari bundaran Hotel Indonesia. Terakhir, massa dari Aliansi Kaum Muda Bersatu (FAM IISIP, GMNK, HAMAS, RPM, PMKRI, FSMJ JAYABAYA, FORMANTARA, BEM UNKRIS, BEM UIC, BEM STMIK JAYAKARTA, FIS) melengkapi ribuan massa yang berorasi di depan istana negara itu.

Aksi serupa juga terus dilakukan di berbagai daerah di tanah air. Ini adalah gejolak yang ketiga dalam menyikapi kenaikan BBM setelah dua kali kenaikan sebelumnya sejak pemerintahan SBY-JK. (Mukhlis Hasyim)

(OPINI Indonesia/Edisi 100/Nasional)