19 Juni 2008

Iran-Irak Mulai Bersatu

Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad, menganggap Amerika Serikat sebagai musuh yang telah memanipulasi Irak. Menurutnya, Irak harus berusaha mencapai tingkat stabilitas yang memadai sehingga musuh-musuh berhenti memanipulasi Irak yang baru saja bangkit pasca runtuhnya rezim Saddam Husein.

Oleh karena itu, Presiden Ahmadinejad yang sejak awal berseteru dengan AS terkait nuklir Iran itu menyerukan stabilitas di Irak dan penghentian manipulasi politik terhadap negara itu oleh AS. "Semua negara tetangga, teman dan PBB harus membantu Irak melewati titik waktu kritis ini untuk mencapai keamanan dan stabilitas pada akhirnya," kata Ahmadinejad kepada Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki yang sedang berkunjung ke Teheran sebagaimana diberitakan Kantor Berita Iran IRNA (7/6).

Kedua negara Syi’ah itu pun saling membuka peluang kerjasama. PM al-Maliki mengatakan, meningkatkan hubungan dengan Iran bisa membantu pembangunan dan stabilitas Irak. “Semakin banyak kerja sama ekonomi antara Iran dan Irak di bidang-bidang ekonomi dan industri, semakin aman keadaan di Irak,” katanya dalam pertemuan dengan Sekretaris Keamanan Nasional Iran Saeid Jalili.

Di tempat terpisah, selama kunjungan al-Maliki, Menteri Pertahanan Irak Abdul Qader Mohamed al-Jasem al-Abidi dan Menhan Iran Mostafa Mohammad Najer mengadakan pertemuan dan memutuskan untuk memperkuat kerja sama militer antara kedua negara tersebut di masa datang.

Selain itu, pemerintah Irak-Iran itu nampaknya juga membahas perjanjian Irak-AS yang akan diselesaikan pada bulan depan. Sebagaimana diketahui, Irak-AS belum merampungkan perjanjian. AS mengupayakan tidak saja persetujuan untuk mempertahankan pangkalan-pangkalan militernya di Irak namun juga hak untuk melakukan operasi militer dari pangkalan-pangkalan itu untuk menyerang negara-negara lain tanpa pembahasan dengan pemerintah Baghdad.

Terkait hal itu, Maliki dikabarkan menjamin Iran bahwa wilayah Irak tidak akan digunakan untuk melancarkan serangan terhadap Iran. Maliki memastikan Irak tidak akan mengizinkan wilayahnya digunakan untuk menyerang negeri kaum mullah itu. "Kami tidak akan mengizinkan Irak menjadi pangkalan untuk mengganggu keamanan Iran dan para tetangga," kata media di Iran mengutip ucapan Maliki setelah pembicaraan dengan menteri luar negeri, Manouchehr Mottaki.

Ini merupakan bagian dari upaya membangun kembali hubungan baik di antara kedu negara. Sebelumnya, Irak dan Iran adalah dua negara bertetangga yang pada tahun 1980 terlibat dalam perang. Keduanya tidak lagi mempersoalkan Irak-Iran dengan Sunni-Syi’ahnya, sebab Irak kini telah didominasi Syi’ah pasca runtuhnya rezim Saddam Husein. (ant)■Muchlis Hasyim

(OPINI Indonesia/Edisi 104/Internasional)