Inilah akhir dari tindakan kekerasan Front Pembela Islam (FPI). Setelah ’membantai’ massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB), FPI melalui aksinya bersama Laskar Islam dikecam di mana-mana. FPI dituntut bubar dan aktifisnya ditahan polisi.
Tindakan kekerasan kembali ditunjukkan oleh Front Pembela Islam (FPI). Kali ini Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) dibuat lari tunggang langgang karena dikejar-kejar FPI yang bersenjatakan pentungan. Ironisnya, peristiwa ini terjadi disaat peringatan hari kelahiran Pancasila 1 Juni.
Saat itu, AKKBB hendak melakukan aksi damai memperingati kelahiran Pancasila (1/6) di kawasan persilangan monumen nasional (Monas), tidak jauh dari istana presiden. Tiba-tiba sekelompok massa yang beratribut FPI menyerang massa AKKBB, dikejar-kejar dan dipukuli. Demikian pengakuan salah seorang panitia aksi damai AKKBB, Imdadurrahman saat dihubungi Opini Indonesia setelah kejadian.
Imdad mengaku, pihaknya berprasangka baik terhadap kehadiran FPI di belakang massa FKKBB yang saat itu sedang mempersiapkan perlengkapan aksi, termasuk check sound. FPI yang solah-olah lewat, langsung mengepung dan menyerang massa, merebut spanduk, memukuli peserta dan membantai perlengkapan aksi lainnya.
Akibatnya, banyak peserta aksi damai mengalami luka-luka. Imdad mengalami luka di kaki, perut, pelipis dan kepala. Imdad terpaksa dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan enam jahitan di kepalanya. Tidak hanya Imdad, seorang kiyai asal Majalengka yang juga pimpinan pondok pesantren Al-Mizan, KH. Maman Imanul Haq Faqih juga mengalami nasib yang sama dan sempat dirawat di rumah sakit Mitra Internasional. Sementara mantan pengurus Nahdlatul Ulama (NU) cabang Mesir, Guntur Romli mengalami luka lebih parah, selain di muka, hidungnya juga patah serta matanya mengeluarkan darah. Guntur sempat dirawat di RSPAD.
FPI memang tidak membawa senjata tajam. Mereka semua hanya memegang pentungan. Semenatara aparat keamanan nyaris tak mampu berbuat apa-apa. Selain jumlahnya kecil, mereka juga dalam kondisi tidak siap mengingat aksi tersebut menurut Habib Rizieq, belum mendapatkan izin dari kepolisian. Bahkan, aparat keamanan sendiri menjadi korban penyerangan. Imdad sempat menyaksikan ada polisin yang diinjak-injak. Sekitar 20 polisi pakai sepeda motor trail mendekat, dikejar-kejar oleh FPI. ”Polisi juga ga berani karena jumlahnya sedikit. Ada juga mobil polisi yang lewat digeburki mobilnya. Ada anggota FPI yang masuk leat jendela nonjokin polisi yang ada di dalam, polisinya langsung lari,” kata Imdad mengungkap kesaksiannya. .
Salah Persepsi
Hari kelahiran Pancasila dimanfaatkan AKKBB untuk mempertegas ideologi negara yaitu Pancasila. Aksi damai yang bertemakan meneguhkan ’Pancasila, Indonesia untuk semua’ itu adalah bentuk pengakuan AKKBB terhadap hak yang sama bagi semua unsur di Indonesia baik mayoritas maupun minoritas. Oleh karena itu AKKBB mengusung isu Indonesia bagi semua, Pancasila sebagai payung bersama dan menolak segala pemaksaan dan kekerasan terhadap keyakinan.
Sayangnya, wacana kebangsaan yang dibangun seiring dengan mencuatnya tuntutan pembubaran Jaringan Ahmadiyah di Indonesia (JAI). Imdadurrahman menyebutkan bahwa FPI salah persepsi terhadap acara itu. Mereka mengira bahwa aksi damai AKKBB adalah bentuk dukungan utuh terhadap Ahmadiyah. ”Padahal kami ini hanya mengusung isu agar pemerintah memperhatikan hak-hak minoritas sebagai bagian dari bangsa ini. Maka, aksi itu juga diikuti oleh wakil dari aliran-alira kepercayaan, termasuk di dalamnya memang ahmadiyah. Aliansi ini membela mereka bukan berarti mendukung keyakinan mereka, tetapi kekerasan terhadap aliran ini yang tidak boleh,” katanya.
Selain itu, FPI mengaku emosi atas penghinaan AKKBB. FPI tersinggung disebut sebagai ’laskar setan’. ”FPI menyerang karena tidak relah dihina. Para orator AKKBB itu menyebut laskar dengan ’laskar setan dan laskar iblis’,” kata Habib Rizieq saat ditemui OPINI Indonesia di markaznya di kawasan Petamburan, sehari sebelum Habib Rizieq dan beberapa pasukannya ditangkap.
Hal yang berbeda diungkapkan oleh Imdad. Menurutnya, tidak pernah ada penghinaan terhadap FPI, apalagi di saat berorasi. Pada saat terjadi penyerangan, AKKBB masih dalam kondisi check sound. Orasi sama sekali belum dimulai karena masih menunggu peserta dan tokoh lain. Maka, untuk mengawali acara, AKKBB akan pentas musik. ”Pada saat persiapan itulah kami diserang oleh FPI. Spanduk spanduk direbut dan dibakar, perlengkapan aksi lainnya juga dihancurkan. Jadi tidak benar jika AKKBB menghina FPI dalam orasi,” bantah Imdad. (Mukhlis Hasyim)
(OPINI Indonesia/Edisi 103/Nasional)
19 Juni 2008
Penyerangan AKKBB, Akhir Dari Tindakan Kekerasan FPI
Label: Berita dari Opini Indonesia







